Sabtu, 06 Oktober 2012

Hakkat bahasa dengan disertai pembuktianya,keterkaitan dikotomi,linguistik dan subdisiplinya


Jelaskan hakikat bahasa dengan disertai pembuktian pada masing-masing cirinya!
a.    Pengertian Hakikat Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia. Masalah lain yang berkenaan dengan pengartian bahasa ialah bilamana sebuah turunan disebut bahasa, yang berbeda dengan bahasa lainnya, dan bilamana hanya dianggap sebagai varian dari suatu bahasa. Dua buah turunan bisa disebut sebagai dua bahasa yang berbeda berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua buah bahasa yang berbeda, kalau anggota-anggota dari dua masyarakat tuturan itu tidak saling mengerti. Oleh karena itu bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi “ rumitnya “ menentukan suatu parole bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini, begitu juga dengan jumlah bahasa yang ada di Indonesia. Definisi bahasa dari Kridalaksana yang dikutip dan sejalan dengan definisi mengenai bahasa dari beberapa pakar lain, kalau dibutiri akan didapatkan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Bahasa ini memiliki ciri atau sifat.
Di bawah ini ciri atau sifat bahasa itu akan dibicarakan satu per satu secara singkat.
1.    Bahasa sebagai sistem
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan makna ‘cara’ atau ‘aturan’, seperti dalam kalimat “ kalau tahu sistemnya, tentu mudah mengerjakannya “, tetapi dalam kaitan dengan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Kita ambil contoh yang konkret, yaitu sebuah sepeda atau kereta angin. Sebuah sepeda disebut sebagai sepeda yang berfungsi adalah kalau unsur-unsurnya atau komponen-komponennya
 ( seperti roda, sadel, kemudi, rantai, rem, lampu, dan sebagainya) tersusun sesuai dengan pola atau pada tempatnya. Kalau komponen-komponennya tidak terletak pada tempatnya yang seharusnya, meskipun secara keseluruhan tampaknya utuh,maka sepeda itu tidak berfungsi sebagai sebuah sepeda, karena susunannya itu tidak membentuk sebuah sistem.

Barang tersebut barangkali lebih tepat disebut sebagai tumpukan suku cadang sepeda, atau sepeda yang perakitan komponen-komponennya tidak benar. Sistem bahasa pun begitu juga. Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaigus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tidak tersusun secara acak atau secara sembarangan. Sedangkan sistemis artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem atau sistem bawahan. Disini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem semantik. Tiap unsur dalam setiap subsistem juga tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara tertentu, maka subsistem itu pun tidak dapat berfungsi.

2.    Bahasa Sebagai Lambang
Kata lambang sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Sebelum membicarakan konsep bahasa sebagai lambang ada baiknya kita bicarakan dulu apa yang dimaksud dengan istilah-istilah tersebut. Tanda, selain dipakai sebagai istilah generik dari semua yang termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu, adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya, kalau di kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu bahwa di sana pasti ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya api itu. Tanda juga bisa menandai bekas kejadian. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvesional, tidak secara alamiah dan langsung. Misalnya, kalau di mulut gang atau jalan di Jakarta ada bendera kuning, maka kita akan tahu di daerah itu atau di jalan itu ada orang meninggal.
Untuk memahami lambang ini tidak ada jalan selain harus mempelajarinya.
Ferdinand de Saussure tidak menggunakan istilah lambang atau simbol, melainkan istilah tanda (signe) atau tanda linguistik (signe linguistique). Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda yang disengaja yang dibuat oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal melakukan sesuatu. Jadi, sinyal ini dapat dikatakan bersifat imperatif.
Gerak isyarat atau gesture adalah tanda yang dilakukan dengan gerakan anggota badan, dan tidak bersifat imperatif seperti pada sinyal.
Gejala atau symptom adalah suatu tanda yang tidak disengaja. Yang dihasilkan tanpa maksud, tetapi alamiah untuk menunjukkan atau mengungkapkan bahwa sesuatu akan terjadi.
Ikon adalah tanda yang paling mudah di pahami karena kemiripannya dengan sesuatu yang diwakili.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya sesuatu yang lain, sperti asapbyang menunjukkan adanya api.

3.    Bahasa Adalah Bunyi
Dari dua pasal di atas telah disebutkan bahwa bahasa adalah sistem dan bahasa adalah lambang; dan kini, bahasa adalah bunyi. Maka, seluruhnya dapat dikatakan, bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi. Jadi, sistem bahasa itu berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi. Masalahnya sekarang adalah apakah yang dimaksud dengan bunyi itu, dan apakah semua bunyi termasuk dalam lambang bahasa. Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bahwa hakikat bahasa adalah bunyi, atau bahasa lisan.

4.    Bahasa Itu Bermakna
Dari pasal-pasal terdahulu sudah dibicarakan bahwa bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi. Atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan itu adalah sebuah pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang disampaikan dalam wujud bunyi itu. Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep,ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semua satuan itu memiliki makna. Namun, karena ada perbedaan tingkatnya, maka jenis maknanya pun tidak sama. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.

5.    Bahasa Itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang atau manasuka ataupun tidak tetap. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinand de saussure dalam dikatominya membedakan apa yang dimaksud signifiant. Signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifant. Dalam peristilahan Indonesia dewasa ini ada digunakan istilah penanda untuk lambang bunyi atau signifant itu adalah istilah petanda untuk konsep yang dikandungnnya, atau diwakili oleh penanda tersebut.

6.    Bahasa Itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi pengguna lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Jad, kalau kearbitreran bahasa terletak pada hubungan antara lambang-lambang bunyi dengan konsep yang dilambngkannya, maka untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambngkannya.

7.    Bahasa Itu Produktif
Kata produktif adalah bentuk ejektif dan kata benda produksi. Arti produktif adalah banyak hasilnya atau lebih tepatnya terus-menerus menghasilkan. Lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas. Umpamanya kalau kita ambil fonem-fonem bahasa indonesi /a/,/i/,/k/, dan /t/ maka dari ke empat fonem itu dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jumlah kalimat yang dibuat. Keproduktifan bahasa memang ada batasnya. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidaklaziman atau kebelumlaziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Selain itu keproduktifan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dengan afiks-afiks tertentu tampaknya juga dibatasi ciri-ciri inheren bentuk dasarnya, yang sejauh ini belum dikaji orang.

8.    Bahasa Itu Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh orang lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik, maka artinya, setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Keunikan yang menjadi salah satu ciri bahasa ini terjadi pada masing-masing bahasa.

9.    Bahasa itu Universal
Selain sifat unik, yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa itu juga berarti universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
Karena bahasa itu berupa ajaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Universal kalau dilihat dari rumpun atau subrumpun sebagai satuan dan keunikan kalau dilihat rumpun atau subrumpun lain. Kalau dimiliki oleh semua bahasa yang ada di dunia ini baru bisa disebut universal.

10. Bahasa Itu dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.
Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon.
Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak terjadi, adalah pada bidang leksikon dan semantik. Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan.

11. Bahasa Itu Bervariasi
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyrakat bahasa. Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui yaitu idiolek, dialek, dan ragam.
Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu.

12. Bahasa Itu Manusiawi
Bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat  dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah memang sesuatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaklah sama dengan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa.
Sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif, dan dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang yang hanya itu-itu saja dan statis, tidak bapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahaa itu dan alat komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat manusia dan hakikat binatang.
Oleh karena it, bisa disampaikan bahwa alat komunikas manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.


Jelaskan perbedaan dan bagaimanakah keterkaitan dikotomi untuk istilah:
a). Dikotomi “Langue” dan “Parole”      
Menurut Saussure, langue merupakan suatu fakta sosial, seperti halnya bahasa nasional. Sehingga langue adalah system kode yang diketahui oleh semua anggota masyarakat pemakai bahasa, seolah-olah kode-kode tersebut telah disepakati bersama di masa lalu di antara pemakai bahasa. Langue lebih bersifat abstrak. Sedangkan parole adalah penggunaan bahasa secara individual. Secara implisit dapat dipahami bahwa langue dan parole beroposisi, tetapi sekaligus juga saling bergantung.
Contoh : Hei kamu lho, wes maem ta? (parole)
Dalam struktur bahasa yang benar, memang kalimat pada contoh tidak dibenarkan. Namun, dapat diketahui bahwa itu adalah wujud konkret dari parole dan parole tersebut diketahui merupakan gabungan dari beberapa langue (Langue Indonesia dan Langue Jawa). Maka sistem yang berlaku dalam langue adalah hasil produksi dari parole, sedangkan pengungkapan parole serta pemahamannya hanya mungkin berdasarkan penelusuran langue sebagai sistem.
- Perbedaan La Langue dan La Parole
La Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan yang dimaksud dengan La Parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole itu tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.

b). kompetensi dan performansi
Perbedaannya adalah kompetensi bersifat abstrak, tidak dapat diamati karena terdapat dalam alam pikiran manusia, sedangkan performansi produksi secara nyata dan dapat diamati.
Keterkaitan dikotomi untuk istilah kompetensi dan performansi adalah:
Noam Chomsky yang mempopulerkan istilah kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada kemampuan dasar tentang suatu system dan tidak dapat diamati. Kompetensi berbahasa dapat di nilai dan diamati melalui performansinya. Dikotomi sendiri adalah pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan seperti pernyataan diatas.

c). STRUKTUR DALAM DAN STRUKTUR LUAR
Struktur dalam (deep structure) merupakan struktur yang dianggap mendasari kalimat dan mengandung semua informasi yang diperlukan untuk interpretasi sintaksis dan semantiknya. Sedangkan Struktur luar (surface structure) adalah struktur yang tampak dalam tuturan nyata yang menggambarkan urutan bunyi, kata, frasa, kalimat.
Yang berpandangan dengan rasio ia mengatakan bahwa bahasa tidaklah di pelajari oelh anak-anak dan tidak pula di ajarkan oleh ibu,melainkan tumbuh sendiri dari dalam diri anak-anak itu sendiri…
Von Humboldt juga sependapat dengan pandangan rasionalis yang mengatakan bahwa bahasa tidaklah dipelajari oleh kanak-kanak dan tidak pula diajarkan oleh ibu-ibu, melainkan tumbuh sendiri dari dalam diri kanak-kanak itu dengan cara yangh telah ditentukan lebih dahulu (oleh alam) apabila keadaan-keadaan lingkungan yang sesuai terdapat. Pandangan Von Humboldt yang tidak konsisten itu dapat diperjelas oleh teori Chomsky.
Menurut Chomsky yang sejalan dengan pandangan rasionalis, bahasa-bahasa yang ada di dunia adalah sama (karena didasari oleh suatu system yang universal) hanyalah pada tingkat dalamnya saja yang disebut struktur-dalam (deep structure). Pada tingkat luar atau struktur-luar (surface structure) bahasa itu berbeda-beda. Pada tingkat dalam bahasa itulah terdapat rumus-rumus tata bahasa yng mengatur proses-proses untuk memungkinkan aspek-aspek kreatif bahasa bekerja. Menurut Chomsky, Inti proses generatif bahasa (aspek kreatif) terletak pada tingkat dalam ini. Inti proses generatif bahasa merupakan alat semantic untuk menciptakan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya dan dinamai tata bahasa generatif. Hipotesis nurani berpendapat bahwa struktur-struktur dalam bahasa adalah sama. Struktur-dalam setiap bahasa bersifat otonom; dank arena itu tidak ada hubungannya dengan system kognisi (pemikiran) pada umumnya; termasuk keceerdasan.

4). Coba jelaskan linguistic dan subdisiplinnya dalam 1000 kata

LINGUISTIK SEBAGAI ILMU

Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
Keilmiahan Linguistik
Disiplin linguistik itu sekarang sudah bisa dikatakan merupakan kegiatan ilmiah. Tindakan tidak spekulatif dalam kegiatan ilmiah berarti tindakan itu dalam menarik kesimpulan atau teori harus didasarkan pada data empiris, yakni data yang nyata ada, yang terdapat dari alam yang wujudnya dapat diobservasi.
Linguistik sangat mementingkan data empiris dalam melaksanakan penelitiannya. Itulah sebabnya, bidang semantik tidak atau kurang mendapat perhatian dalam linguistik strukturalis dulu karena makna, yang menjadi objek semantik, tidak dapat diamati secara empiris.
Kegiatan empiris biasanya bekerja secara induktif dan deduktif dengan beruntun. Artinya, kegiatan itu dimulai dengan mengumpulkan data empiris. Data empiris itu dianalisis dan diklasifikasikan.
Dalam ilmu logika atau ilmu menalar selain adanya penalaran secara induktif ada juga penalaran secara deduktif. Secara induktif, mula-mula dikumpulkan data-data khusus, lalu dari data-data khusus ditarik kesimpulan umum. Secara deduktif adalah kebalikannya. Artinya, suatu kesimpulan mengenai data khusus dilakukan berdasarkan kesimpulan umum yang telah ada.
Linguistik teoretis: mengadakan penyelidikan terhadap bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu.
Berdasarkan teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional dan linguistik sistemik.
Bidang sejarah linguistik ini berusaha menyelidiki perkembangan seluk beluk ilmu linguistik itu sendiri dari masa ke masa, serta mempelajari pengaruh ilmu-ilmu lain, dan pengaruh pelbagai pranata masyarakat terhadap linguistik sepanjang masa.
Karena luasnya cabang atau bidang linguistik ini, maka jelas tak akan ada yang bisa menguasai semua cabang atau bidang linguistik itu. Meskipun cabang atau bidang linguistik itu sangat luas, yang dianggap inti dari ilmu linguistik itu hanyalah yang berkenaan dengan struktur internal bahasa tsb.
Analisis Linguistik
Analisis linguistik dilakukan terhadap bahasa, atau lebih tepat terhadap semua tataran tingkat bahasa, yaitu fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Struktur, Sistem, dan Distribusi
Bapak linguistik modern, Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dalam bukunya Course de Linguitique Generale (terbit pertama kali 1916, terjemahannya dalam bahasa Indonesia terbit 1988). Yang dimaksud dengan relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret tertentu. Louis Hjelmslev, seorang linguis Denmark, mengambil alih konsep de Saussure itu, tetapi dengan sedikit perubahan. Beliau mengganti istilah asosiatif dengan istilah paradigmatik. Hubungan paradigmatik tidak hanya berlaku pada tataran morfologi saja, tetapi juga berlaku untuk semua tataran bahasa.
Analisis Bawahan Langsung
Adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata, satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat. Misalnya, satuan bahasa yang berupa kata dimakan.
Analisis Rangkaian Unsur dan Analisis Proses Unsur
Satuan-satuan bahasa dapat pula dianalisis menurut teknik analisis rangkaian unsur dan analisis proses unsur. Kedua cara ini bukan barang baru, sebab sudah dipersoalkan orang sejak tahun empat puluhan.
Analisis rangkaian unsur (Inggrisnya: item-and-arrangement) mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain.
Berbeda dengan analisis rangkaian unsur, maka analisis proses unsur (bahasa Inggrisnya: item-and-process) menganggap setiap satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan.
Manfaat Linguistik
Setiap ilmu, berapapun teoritisnya, tentu mempunyai manfaat praktis bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan linguistik.

SUBDISIPLAN LINGUISTIK
Setiap disiplan ilmu biasanya dibagi atas bidang-bidang bawahan (subdisiplin) atau cabang-cabang berkenaan dengan adanya hubungan disiplin dengan masalah-masalah lain. Misalnya ilmu kimia dibagi atas kimia organik dan kimia anorganik. Pembagian atau percabangan itu diadakan tentunya karena objek yang menjadi kajian disiplin ilmu itu sangat luas atau menjadi luas karena perkembangan dunia ilmu.
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus
Linguistik umum adalah linguistick yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Sedangkan linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa. Kajian umum dan khusus ini dapat dilakukan terhadap keseluruhan sistem bahasa atau juga hanya pada satu tataran dari sistem bahasa itu.
2.2.2 Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
            Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan, bahasa Jawa dewasa ini, atau juga bahasa Inggris pada zaman William Shakespare. Linguistik deskriptif, artinya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa-bahasa) pada masa yang tidak terbatas. Kajian linguistik diakronik ini biasanya bersifat historis dan komparatif. Tujuan linguistik diakronik ini terutama adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubhan dan perkembangannya. Pernyataan seperti “kata batu berasal dari kata watu”adalah pernyataan yang bersifat diakronik.
Berdasarkan objek kajiannya, apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro (Dalam kepustakaan lain disebut mikrolinguistik dan makrolinguistik)
Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal suatu bahasa pada umumnya. Morfologi dan sintaksis dalam peristilahan tata bahasa tradisional biasanya berada dalam satu bidang yaitu gramatika atau tata bahasa. Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual.. Studi linguistik mikro ini sesungguhnya merupakan studi dasar linguistik sebab yang dipelajari adalah struktur internal bahasa itu.
Berdasarkan tujuannya, apakah penyelidikan linguistik itu semata-mata untuk merumuskan teori  ataukah untuk diterapankan  dalam kehidupan sehari-hari bisa dibedakan adanya linguistik teoretis dan linguistik terapan.
Linguistik teoretis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa hanya untuk menemukan  kaidah -kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Berbeda dengan linguistik terhadap bahasa atau bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di masyarakat.

Berdasarkan aliran atau teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional, dan linguistik sistemik.
            Di luar bidang atau cabang yang sudah dibicarakan di atas masih ada di bidang lain, yaitu yang menggeluti sejarah linguistik. Dari uraian di atas kita lihat betapa luasnya bidang, cabang, atau subdisiplin linguistik itu. Ini terjadi karena objek linguistik itu, yaitu bahasa, memang mempunyai jangkauan hubungan yang sangat luas di dalam kehidupan manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar