Jelaskan hakikat bahasa dengan disertai pembuktian pada masing-masing
cirinya!
a. Pengertian
Hakikat Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia. Masalah lain
yang berkenaan dengan pengartian bahasa ialah bilamana sebuah turunan disebut
bahasa, yang berbeda dengan bahasa lainnya, dan bilamana hanya dianggap sebagai
varian dari suatu bahasa. Dua buah turunan bisa disebut sebagai dua bahasa yang
berbeda berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan
politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua buah bahasa
yang berbeda, kalau anggota-anggota dari dua masyarakat tuturan itu tidak
saling mengerti. Oleh karena itu bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia,
dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi “
rumitnya “ menentukan suatu parole
bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini
belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini,
begitu juga dengan jumlah bahasa yang ada di Indonesia. Definisi bahasa dari
Kridalaksana yang dikutip dan sejalan dengan definisi mengenai bahasa dari
beberapa pakar lain, kalau dibutiri akan didapatkan beberapa ciri atau sifat
yang hakiki dari bahasa. Bahasa ini memiliki ciri atau sifat.
Di
bawah ini ciri atau sifat bahasa itu akan dibicarakan satu per satu secara
singkat.
1. Bahasa
sebagai sistem
Kata
sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan makna ‘cara’
atau ‘aturan’, seperti dalam kalimat “ kalau tahu sistemnya, tentu mudah
mengerjakannya “, tetapi dalam kaitan dengan keilmuan, sistem berarti susunan
teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi.
Kita ambil contoh yang konkret, yaitu sebuah sepeda atau kereta angin. Sebuah
sepeda disebut sebagai sepeda yang berfungsi adalah kalau unsur-unsurnya atau
komponen-komponennya
( seperti roda, sadel, kemudi, rantai, rem,
lampu, dan sebagainya) tersusun sesuai dengan pola atau pada tempatnya. Kalau
komponen-komponennya tidak terletak pada tempatnya yang seharusnya, meskipun
secara keseluruhan tampaknya utuh,maka sepeda itu tidak berfungsi sebagai
sebuah sepeda, karena susunannya itu tidak membentuk sebuah sistem.
Barang tersebut barangkali lebih tepat
disebut sebagai tumpukan suku cadang sepeda, atau sepeda yang perakitan
komponen-komponennya tidak benar. Sistem bahasa pun begitu juga. Bahasa terdiri
dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut
pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu
sekaigus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya, bahasa
itu tersusun menurut suatu pola tidak tersusun secara acak atau secara
sembarangan. Sedangkan sistemis artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem
tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem atau sistem bawahan. Disini
dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem
sintaksis dan subsistem semantik. Tiap unsur dalam setiap subsistem juga
tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara tertentu, maka
subsistem itu pun tidak dapat berfungsi.
2. Bahasa
Sebagai Lambang
Kata lambang sudah sering kita dengar
dalam percakapan sehari-hari. Sebelum membicarakan konsep bahasa sebagai
lambang ada baiknya kita bicarakan dulu apa yang dimaksud dengan
istilah-istilah tersebut. Tanda, selain dipakai sebagai istilah generik dari
semua yang termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur
spesifik kajian semiotika itu, adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai
atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan
alamiah. Misalnya, kalau di kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka
kita tahu bahwa di sana pasti ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya
api itu. Tanda juga bisa menandai bekas kejadian. Lambang menandai sesuatu yang
lain secara konvesional, tidak secara alamiah dan langsung. Misalnya, kalau di
mulut gang atau jalan di Jakarta ada bendera kuning, maka kita akan tahu di
daerah itu atau di jalan itu ada orang meninggal.
Untuk memahami lambang ini tidak ada
jalan selain harus mempelajarinya.
Ferdinand de Saussure tidak menggunakan
istilah lambang atau simbol, melainkan istilah tanda (signe) atau tanda linguistik (signe linguistique). Yang
dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda yang disengaja yang dibuat
oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal melakukan sesuatu. Jadi, sinyal ini
dapat dikatakan bersifat imperatif.
Gerak isyarat atau gesture adalah tanda
yang dilakukan dengan gerakan anggota badan, dan tidak bersifat imperatif
seperti pada sinyal.
Gejala atau symptom adalah suatu tanda
yang tidak disengaja. Yang dihasilkan tanpa maksud, tetapi alamiah untuk
menunjukkan atau mengungkapkan bahwa sesuatu akan terjadi.
Ikon adalah tanda yang paling mudah di
pahami karena kemiripannya dengan sesuatu yang diwakili.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan
adanya sesuatu yang lain, sperti asapbyang menunjukkan adanya api.
3. Bahasa
Adalah Bunyi
Dari dua pasal di atas telah disebutkan
bahwa bahasa adalah sistem dan bahasa adalah lambang; dan kini, bahasa adalah
bunyi. Maka, seluruhnya dapat dikatakan, bahwa bahasa adalah sistem lambang
bunyi. Jadi, sistem bahasa itu berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi.
Masalahnya sekarang adalah apakah yang dimaksud dengan bunyi itu, dan apakah
semua bunyi termasuk dalam lambang bahasa. Kata bunyi, yang sering sukar
dibedakan dengan kata suara sudah biasa kita dengar dalam kehidupan
sehari-hari. Bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran
gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
Bahwa hakikat bahasa adalah bunyi, atau bahasa lisan.
4. Bahasa
Itu Bermakna
Dari
pasal-pasal terdahulu sudah dibicarakan bahwa bahasa itu adalah sistem lambang
yang berwujud bunyi. Atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang
dilambangkan. Maka, yang dilambangkan itu adalah sebuah pengertian, suatu
konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang disampaikan dalam wujud bunyi itu.
Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep,ide atau pikiran,
maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi
bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang
berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semua satuan itu
memiliki makna. Namun, karena ada perbedaan tingkatnya, maka jenis maknanya pun
tidak sama. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai
makna dapat disebut bukan bahasa.
5. Bahasa
Itu Arbitrer
Kata
arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang atau manasuka ataupun tidak tetap. Yang
dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang
dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinand de saussure dalam dikatominya
membedakan apa yang dimaksud signifiant. Signifiant adalah lambang bunyi itu,
sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifant. Dalam
peristilahan Indonesia dewasa ini ada digunakan istilah penanda untuk lambang
bunyi atau signifant itu adalah istilah petanda untuk konsep yang
dikandungnnya, atau diwakili oleh penanda tersebut.
6. Bahasa
Itu Konvensional
Meskipun
hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer,
tetapi pengguna lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat
konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi
bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Jad,
kalau kearbitreran bahasa terletak pada hubungan antara lambang-lambang bunyi
dengan konsep yang dilambngkannya, maka untuk menggunakan lambang itu sesuai
dengan konsep yang dilambngkannya.
7. Bahasa
Itu Produktif
Kata
produktif adalah bentuk ejektif dan kata benda produksi. Arti produktif adalah
banyak hasilnya atau lebih tepatnya terus-menerus menghasilkan. Lalu, kalau
bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur-unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat
satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas. Umpamanya kalau kita ambil
fonem-fonem bahasa indonesi /a/,/i/,/k/, dan /t/ maka dari ke empat fonem itu
dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa.
Keproduktifan
bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jumlah kalimat yang dibuat.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya. Keterbatasan pada tingkat parole
adalah pada ketidaklaziman atau kebelumlaziman bentuk-bentuk yang dihasilkan.
Selain itu keproduktifan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dengan
afiks-afiks tertentu tampaknya juga dibatasi ciri-ciri inheren bentuk dasarnya,
yang sejauh ini belum dikaji orang.
8. Bahasa
Itu Unik
Unik
artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik, maka artinya, setiap bahasa
mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Keunikan yang
menjadi salah satu ciri bahasa ini terjadi pada masing-masing bahasa.
9. Bahasa
itu Universal
Selain
sifat unik, yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa itu juga
berarti universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama dimiliki oleh setiap bahasa
yang ada di dunia ini. Ciri-ciri universal ini tentunya merupakan unsur bahasa
yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa
lain.
Karena
bahasa itu berupa ajaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum
adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan
konsonan. Universal kalau dilihat dari rumpun atau subrumpun sebagai satuan dan
keunikan kalau dilihat rumpun atau subrumpun lain. Kalau dimiliki oleh semua
bahasa yang ada di dunia ini baru bisa disebut universal.
10. Bahasa
Itu dinamis
Bahasa
adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat.
Perubahan
bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, maupun leksikon.
Perubahan
yang paling jelas, dan paling banyak terjadi, adalah pada bidang leksikon dan
semantik. Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa
pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan
perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan.
11. Bahasa
Itu Bervariasi
Setiap
bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyrakat
bahasa. Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang
dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak
sama. Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui yaitu
idiolek, dialek, dan ragam.
Idiolek
adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
Dialek
adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada
suatu tempat atau suatu waktu.
Ragam
atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan,
atau untuk keperluan tertentu.
12. Bahasa
Itu Manusiawi
Bahasa
itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia,
bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai
bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga
dengan manusia, adalah memang sesuatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaklah
sama dengan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa.
Sebetulnya
yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif, dan dinamis,
dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan
alat komunikasi binatang yang hanya itu-itu saja dan statis, tidak bapat
dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahaa itu
dan alat komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat
manusia dan hakikat binatang.
Oleh
karena it, bisa disampaikan bahwa alat komunikas manusia yang namanya bahasa
adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat
digunakan oleh manusia.
Jelaskan
perbedaan dan bagaimanakah keterkaitan dikotomi untuk istilah:
a). Dikotomi
“Langue” dan “Parole”
Menurut Saussure,
langue
merupakan suatu fakta sosial, seperti halnya bahasa nasional. Sehingga langue adalah
system kode yang diketahui oleh semua anggota masyarakat pemakai bahasa,
seolah-olah kode-kode tersebut telah disepakati bersama di masa lalu di antara
pemakai bahasa. Langue
lebih bersifat abstrak. Sedangkan parole
adalah penggunaan bahasa secara individual. Secara implisit dapat dipahami
bahwa langue
dan parole
beroposisi, tetapi sekaligus juga saling bergantung.
Contoh
: Hei kamu lho, wes maem ta? (parole)
Dalam
struktur bahasa yang benar, memang kalimat pada contoh tidak dibenarkan. Namun,
dapat diketahui bahwa itu adalah wujud konkret dari parole dan parole tersebut
diketahui merupakan gabungan dari beberapa langue
(Langue
Indonesia dan Langue
Jawa). Maka sistem yang berlaku dalam langue
adalah hasil produksi dari parole,
sedangkan pengungkapan parole
serta pemahamannya hanya mungkin berdasarkan penelusuran langue sebagai
sistem.
- Perbedaan La Langue dan La Parole
La
Langue
adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal
antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan yang
dimaksud dengan La
Parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing
anggota masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole itu tidak lain
daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang
lain.
b).
kompetensi dan performansi
Perbedaannya adalah kompetensi bersifat abstrak, tidak dapat diamati karena terdapat dalam alam pikiran manusia, sedangkan performansi produksi secara nyata dan dapat diamati.
Keterkaitan dikotomi untuk istilah kompetensi dan performansi adalah:
Noam Chomsky yang mempopulerkan istilah kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada kemampuan dasar tentang suatu system dan tidak dapat diamati. Kompetensi berbahasa dapat di nilai dan diamati melalui performansinya. Dikotomi sendiri adalah pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan seperti pernyataan diatas.
Perbedaannya adalah kompetensi bersifat abstrak, tidak dapat diamati karena terdapat dalam alam pikiran manusia, sedangkan performansi produksi secara nyata dan dapat diamati.
Keterkaitan dikotomi untuk istilah kompetensi dan performansi adalah:
Noam Chomsky yang mempopulerkan istilah kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada kemampuan dasar tentang suatu system dan tidak dapat diamati. Kompetensi berbahasa dapat di nilai dan diamati melalui performansinya. Dikotomi sendiri adalah pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan seperti pernyataan diatas.
c). STRUKTUR DALAM DAN
STRUKTUR LUAR
Struktur
dalam (deep structure) merupakan struktur yang dianggap mendasari kalimat dan
mengandung semua informasi yang diperlukan untuk interpretasi sintaksis dan
semantiknya. Sedangkan Struktur luar (surface structure) adalah struktur yang
tampak dalam tuturan nyata yang menggambarkan urutan bunyi, kata, frasa,
kalimat.
Yang
berpandangan dengan rasio ia mengatakan bahwa bahasa tidaklah di pelajari oelh
anak-anak dan tidak pula di ajarkan oleh ibu,melainkan tumbuh sendiri dari
dalam diri anak-anak itu sendiri…
Von Humboldt juga sependapat dengan pandangan rasionalis yang
mengatakan bahwa bahasa tidaklah dipelajari oleh kanak-kanak dan tidak pula
diajarkan oleh ibu-ibu, melainkan tumbuh sendiri dari dalam diri kanak-kanak
itu dengan cara yangh telah ditentukan lebih dahulu (oleh alam) apabila
keadaan-keadaan lingkungan yang sesuai terdapat. Pandangan Von Humboldt yang
tidak konsisten itu dapat diperjelas oleh teori Chomsky.
Menurut Chomsky yang sejalan dengan pandangan rasionalis,
bahasa-bahasa yang ada di dunia adalah sama (karena didasari oleh suatu system
yang universal) hanyalah pada tingkat dalamnya saja yang disebut struktur-dalam
(deep structure). Pada tingkat luar atau struktur-luar (surface structure)
bahasa itu berbeda-beda. Pada tingkat dalam bahasa itulah terdapat rumus-rumus
tata bahasa yng mengatur proses-proses untuk memungkinkan aspek-aspek kreatif
bahasa bekerja. Menurut Chomsky, Inti proses generatif bahasa (aspek kreatif)
terletak pada tingkat dalam ini. Inti proses generatif bahasa merupakan alat
semantic untuk menciptakan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya
dan dinamai tata bahasa generatif. Hipotesis nurani berpendapat bahwa
struktur-struktur dalam bahasa adalah sama. Struktur-dalam setiap bahasa
bersifat otonom; dank arena itu tidak ada hubungannya dengan system kognisi
(pemikiran) pada umumnya; termasuk keceerdasan.
4). Coba
jelaskan linguistic dan subdisiplinnya dalam 1000 kata
LINGUISTIK
SEBAGAI ILMU
Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
Keilmiahan
Linguistik
Disiplin linguistik itu sekarang sudah bisa dikatakan merupakan kegiatan ilmiah. Tindakan tidak spekulatif dalam kegiatan ilmiah berarti tindakan itu dalam menarik kesimpulan atau teori harus didasarkan pada data empiris, yakni data yang nyata ada, yang terdapat dari alam yang wujudnya dapat diobservasi.
Linguistik sangat mementingkan data empiris dalam melaksanakan penelitiannya. Itulah sebabnya, bidang semantik tidak atau kurang mendapat perhatian dalam linguistik strukturalis dulu karena makna, yang menjadi objek semantik, tidak dapat diamati secara empiris.
Kegiatan empiris biasanya bekerja secara induktif dan deduktif dengan beruntun. Artinya, kegiatan itu dimulai dengan mengumpulkan data empiris. Data empiris itu dianalisis dan diklasifikasikan.
Disiplin linguistik itu sekarang sudah bisa dikatakan merupakan kegiatan ilmiah. Tindakan tidak spekulatif dalam kegiatan ilmiah berarti tindakan itu dalam menarik kesimpulan atau teori harus didasarkan pada data empiris, yakni data yang nyata ada, yang terdapat dari alam yang wujudnya dapat diobservasi.
Linguistik sangat mementingkan data empiris dalam melaksanakan penelitiannya. Itulah sebabnya, bidang semantik tidak atau kurang mendapat perhatian dalam linguistik strukturalis dulu karena makna, yang menjadi objek semantik, tidak dapat diamati secara empiris.
Kegiatan empiris biasanya bekerja secara induktif dan deduktif dengan beruntun. Artinya, kegiatan itu dimulai dengan mengumpulkan data empiris. Data empiris itu dianalisis dan diklasifikasikan.
Dalam ilmu logika atau ilmu menalar selain adanya penalaran
secara induktif ada juga penalaran secara deduktif. Secara induktif, mula-mula
dikumpulkan data-data khusus, lalu dari data-data khusus ditarik kesimpulan umum.
Secara deduktif adalah kebalikannya. Artinya, suatu kesimpulan mengenai data
khusus dilakukan berdasarkan kesimpulan umum yang telah ada.
Linguistik teoretis: mengadakan penyelidikan terhadap bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu.
Linguistik teoretis: mengadakan penyelidikan terhadap bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu.
Berdasarkan teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa
dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistik
transformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional dan
linguistik sistemik.
Bidang sejarah linguistik ini berusaha menyelidiki perkembangan seluk beluk ilmu linguistik itu sendiri dari masa ke masa, serta mempelajari pengaruh ilmu-ilmu lain, dan pengaruh pelbagai pranata masyarakat terhadap linguistik sepanjang masa.
Bidang sejarah linguistik ini berusaha menyelidiki perkembangan seluk beluk ilmu linguistik itu sendiri dari masa ke masa, serta mempelajari pengaruh ilmu-ilmu lain, dan pengaruh pelbagai pranata masyarakat terhadap linguistik sepanjang masa.
Karena luasnya
cabang atau bidang linguistik ini, maka jelas tak akan ada yang bisa menguasai
semua cabang atau bidang linguistik itu. Meskipun cabang atau bidang linguistik
itu sangat luas, yang dianggap inti dari ilmu linguistik itu hanyalah yang
berkenaan dengan struktur internal bahasa tsb.
Analisis Linguistik
Analisis linguistik dilakukan terhadap bahasa, atau lebih tepat terhadap semua tataran tingkat bahasa, yaitu fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Analisis Linguistik
Analisis linguistik dilakukan terhadap bahasa, atau lebih tepat terhadap semua tataran tingkat bahasa, yaitu fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Struktur,
Sistem, dan Distribusi
Bapak linguistik modern, Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dalam bukunya Course de Linguitique Generale (terbit pertama kali 1916, terjemahannya dalam bahasa Indonesia terbit 1988). Yang dimaksud dengan relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret tertentu. Louis Hjelmslev, seorang linguis Denmark, mengambil alih konsep de Saussure itu, tetapi dengan sedikit perubahan. Beliau mengganti istilah asosiatif dengan istilah paradigmatik. Hubungan paradigmatik tidak hanya berlaku pada tataran morfologi saja, tetapi juga berlaku untuk semua tataran bahasa.
Bapak linguistik modern, Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dalam bukunya Course de Linguitique Generale (terbit pertama kali 1916, terjemahannya dalam bahasa Indonesia terbit 1988). Yang dimaksud dengan relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret tertentu. Louis Hjelmslev, seorang linguis Denmark, mengambil alih konsep de Saussure itu, tetapi dengan sedikit perubahan. Beliau mengganti istilah asosiatif dengan istilah paradigmatik. Hubungan paradigmatik tidak hanya berlaku pada tataran morfologi saja, tetapi juga berlaku untuk semua tataran bahasa.
Analisis Bawahan Langsung
Adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata, satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat. Misalnya, satuan bahasa yang berupa kata dimakan.
Adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata, satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat. Misalnya, satuan bahasa yang berupa kata dimakan.
Analisis Rangkaian Unsur dan Analisis Proses Unsur
Satuan-satuan bahasa dapat pula dianalisis menurut teknik analisis rangkaian unsur dan analisis proses unsur. Kedua cara ini bukan barang baru, sebab sudah dipersoalkan orang sejak tahun empat puluhan.
Analisis rangkaian unsur (Inggrisnya: item-and-arrangement) mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain.
Berbeda dengan analisis rangkaian unsur, maka analisis proses unsur (bahasa Inggrisnya: item-and-process) menganggap setiap satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan.
Satuan-satuan bahasa dapat pula dianalisis menurut teknik analisis rangkaian unsur dan analisis proses unsur. Kedua cara ini bukan barang baru, sebab sudah dipersoalkan orang sejak tahun empat puluhan.
Analisis rangkaian unsur (Inggrisnya: item-and-arrangement) mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain.
Berbeda dengan analisis rangkaian unsur, maka analisis proses unsur (bahasa Inggrisnya: item-and-process) menganggap setiap satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan.
Manfaat Linguistik
Setiap ilmu, berapapun teoritisnya, tentu mempunyai manfaat praktis bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan linguistik.
Setiap ilmu, berapapun teoritisnya, tentu mempunyai manfaat praktis bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan linguistik.
SUBDISIPLAN LINGUISTIK
Setiap disiplan ilmu biasanya
dibagi atas bidang-bidang bawahan (subdisiplin) atau cabang-cabang berkenaan
dengan adanya hubungan disiplin dengan masalah-masalah lain. Misalnya ilmu
kimia dibagi atas kimia organik dan kimia anorganik. Pembagian atau percabangan
itu diadakan tentunya karena objek yang menjadi kajian disiplin ilmu itu sangat
luas atau menjadi luas karena perkembangan dunia ilmu.
Berdasarkan objek kajiannya,
apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya
linguistik umum dan linguistik khusus
Linguistik umum adalah
linguistick yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Sedangkan
linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada
bahasa tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa.
Kajian umum dan khusus ini dapat dilakukan terhadap keseluruhan sistem bahasa
atau juga hanya pada satu tataran dari sistem bahasa itu.
2.2.2 Berdasarkan objek
kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa dapat
dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik
sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya, mengkaji bahasa
Indonesia pada tahun dua puluhan, bahasa Jawa dewasa ini, atau juga bahasa
Inggris pada zaman William Shakespare. Linguistik deskriptif, artinya
mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu. Linguistik
diakronik berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa-bahasa) pada masa yang tidak
terbatas. Kajian linguistik diakronik ini biasanya bersifat historis dan
komparatif. Tujuan linguistik diakronik ini terutama adalah untuk mengetahui
sejarah struktural bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubhan dan
perkembangannya. Pernyataan seperti “kata batu berasal dari kata watu”adalah
pernyataan yang bersifat diakronik.
Berdasarkan objek kajiannya,
apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam hubungannya dengan
faktor-faktor di luar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik
makro (Dalam kepustakaan lain disebut mikrolinguistik dan makrolinguistik)
Linguistik mikro mengarahkan
kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal
suatu bahasa pada umumnya. Morfologi dan sintaksis dalam peristilahan tata
bahasa tradisional biasanya berada dalam satu bidang yaitu gramatika atau tata
bahasa. Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal,
maupun kontekstual.. Studi linguistik mikro ini sesungguhnya merupakan studi
dasar linguistik sebab yang dipelajari adalah struktur internal bahasa itu.
Berdasarkan tujuannya, apakah
penyelidikan linguistik itu semata-mata untuk merumuskan teori ataukah
untuk diterapankan dalam kehidupan sehari-hari bisa dibedakan adanya
linguistik teoretis dan linguistik terapan.
Linguistik teoretis berusaha
mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap
hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa hanya untuk
menemukan kaidah -kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Berbeda
dengan linguistik terhadap bahasa atau bahasa atau hubungan bahasa dengan
faktor-faktor di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah
praktis yang terdapat di masyarakat.
Berdasarkan aliran atau teori
yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional,
linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik generatif
semantik, linguistik relasional, dan linguistik sistemik.
Di luar bidang atau cabang yang sudah dibicarakan di atas masih ada di bidang
lain, yaitu yang menggeluti sejarah linguistik. Dari uraian di atas kita lihat
betapa luasnya bidang, cabang, atau subdisiplin linguistik itu. Ini terjadi
karena objek linguistik itu, yaitu bahasa, memang mempunyai jangkauan hubungan
yang sangat luas di dalam kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar